Ancaman bagi Orang yang suka menunda Sholat

Ancaman bagi Orang yang suka menunda Sholat

Orang yang lalai dalam sholat termasuk suka menunda-nunda waktu sholat, maka akan ada ancamannya, apa saja ancamannya? mari simak artikelnya

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ✾ سورة الماعون ٥ – ٤

Maka celakalah orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya.

Ayat ini merupakan peringatan keras bagi mereka yang melakukan sholat namun melalaikannya.

Frasa “عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ” mengindikasikan bahwa mereka lalai atau tidak peduli dengan kewajiban sholat, baik itu menunda-nunda sholat hingga keluar dari waktunya, melaksanakan dengan penuh kelalaian, atau bahkan tidak memberi perhatian yang semestinya pada khusyu’ dan tuma’ninah dalam sholat.

وَقَالَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنِ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَ قَالَ هُوَ تَأْخِيْرُ الْوَقْتِ أَيْ تَأْخِيرُ الصَّلَاةِ عَنْ وَقْتِهَا ✾ في الكبائر للذهبي

Sahabat Nabi, Sa’ad bin Abi Waqqas, bertanya kepada Rasulullah ﷺ mengenai ayat ini, dan Rasulullah ﷺ menjawab: “Itu adalah menunda-nunda waktu sholat, yaitu menunda sholat dari waktunya.

Dari sini, kita memahami bahwa makna dari “lalai” bukan hanya orang yang tidak sholat sama sekali, tetapi juga orang yang sholat tetapi tidak melakukannya pada waktunya atau melaksanakannya tanpa perhatian yang baik terhadap kualitas sholat itu sendiri.

Hal tersebut termasuk bentuk ketidakpedulian dan pengabaian terhadap salah satu kewajiban terpenting dalam Islam.

Sholat adalah tiang agama, pondasi dasar dari ibadah seorang Muslim. Namun, Allah tidak hanya menuntut kita untuk melaksanakan sholat, tetapi juga untuk menjaga kualitasnya, termasuk waktunya, khusyuknya, dan kemurnian niatnya.

Menunda-nunda sholat atau melaksanakan sholat dengan terburu-buru dan tanpa khusyu’ adalah bentuk kelalaian yang menunjukkan bahwa hati kita belum benar-benar memahami makna mendalam dari ibadah ini.

Sebagaimana kita berusaha tepat waktu dalam urusan dunia, seperti pekerjaan atau janji temu, seharusnya kita lebih serius dalam urusan sholat, karena ini adalah janji kita kepada Allah. Rasulullah ﷺ sangat memperhatikan waktu sholat dan selalu melakukannya di awal waktu sebagai tanda kecintaan dan kepatuhan kepada Allah. Menunda sholat bukan hanya soal disiplin waktu, tetapi juga mencerminkan sikap hati kita terhadap perintah Allah.

Peringatan “فَوَيْلٌ” dalam ayat ini sangat berat. “ويل” adalah kata yang menandakan ancaman siksaan dan celaka yang amat besar. Bukan hanya sekadar siksaan, tetapi “ويل” juga dikatakan sebagai lembah di neraka yang diperuntukkan bagi mereka yang lalai dalam kewajiban sholatnya.

Pesan yang mendalam dari ayat ini adalah jangan sampai kita termasuk dalam golongan orang-orang yang melakukan sholat, tetapi tetap celaka karena kelalaian kita terhadapnya. Sholat adalah kesempatan kita untuk berkomunikasi langsung dengan Allah, mendekatkan diri kepada-nya, dan memohon ampunan. Lalai terhadap sholat berarti kita tidak memanfaatkan kesempatan yang sangat berharga ini.

Kisah hikmah yang bisa menjadi pelajaran adalah kisah seorang sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud, yang sangat menjaga waktu sholat.

Dikisahkan bahwa suatu hari, ketika Abdullah bin Mas’ud hampir terlambat untuk sholat berjamaah, dia berlari menuju masjid sambil menangis dan berkata, “Seandainya kalian tahu pahala dari menjaga waktu sholat dan berjamaah, kalian pasti akan berlomba-lomba melaksanakannya.” Hal ini menunjukkan bagaimana para sahabat sangat memperhatikan waktu sholat dan menganggapnya sebagai prioritas utama dalam hidup.

Kesimpulan:

Jaga sholat kita, baik dari segi waktunya, kekhusyu’annya, dan kemurnia niatnya. Jangan menunda-nunda atau melalaikan, karena ini bisa menjadi sebab celaka di akhirat nanti. Mari kita renungi, apakah sholat kita sudah mencerminkan cinta dan taqwa kita kepada Allah? Jika belum, inilah saatnya untuk memperbaiki.

Kekuatan Shodaqoh

Kekuatan Shodaqoh

Orang yang Shodaqoh mempunyai kefadholan tersendiri, selain memang Dia telah menjalankan perintah Allah dan Rosul
Contohnya dalam Surat Al-Baqarah ini:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ يَوۡمٌ لَّا بَيۡعٌ فِيۡهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ​ ؕ وَالۡكٰفِرُوۡنَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ‏ ٢٥٤

Wahai orang-orang yang beriman! Kalian menginfaqkanlah dari sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datangnya hari dimana ketika itu tidak ada lagi jual beli di hari tersebut, dan tidak ada lagi hubungan pertemanan dan tidak ada pertolongan (hari qiamat). Orang-orang kafir adalah orang-orang yang dzolim. QS Al-Baqoroh ayat 254

وَاَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ اَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ فَيَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡلَاۤ اَخَّرۡتَنِىۡۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيۡبٍۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِيۡنَ‏ ١٠

(Wahai orang-orang yang beriman), kalian menginfaqkanlah dari sebagian rizki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datangnya kematian kepada salah satu kalian; lalu dia (setelah mati) ia berkata (sambil menyesali), “Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi (bisa kembali ke dunia walau sebentar), maka aku akan shodaqoh sungguh-sungguh dan aku akan menjadi orang-orang yang sholih.” QS Al-Munaafiquun ayat 10

Dan dalam riwayat Hadist shohih Muslim Kitabul Zakat, Bab Anjuran untuk Shodaqoh dan kabar gembira bagi orang yang suka berinfaq, disana dijelaskan;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ يَمِينُ اللَّهِ مَلْأَى وَقَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ مَلْآنُ سَحَّاءُ لَا يَغِيضُهَا شَيْءٌ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

…dari [Abu Hurairah] hingga sampai kepada Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai anak Adam, berinfaklah kamu niscaya Aku akan memberikan ganti kepadamu.’” Beliau juga bersabda: “Pemberian Allah selalu melimpah.” Ibnu Numair berkata, “Suatu pemberian yang tidak pernah berkurang meskipun mengalir siang dan malam.”

Dan ada sebuah hadits tentang shodaqoh diriwayatkan oleh imam Ahmad yang bagus untuk kita simak;

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ ، أَخْبَرَنَا الْعَوَّامُ بْنُ حَوْشَبٍ ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

Telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Al-Awam ibnu Hausyab, dari Sulaiman ibnu Abu Sulaiman, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi ﷺ. yang telah bersabda:

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْأَرْضَ جَعَلَتْ تَمِيدُ ، فَخَلَقَ الْجِبَالَ، فَأَلْقَاهَا عَلَيْهَا، فَاسْتَقَرَّتْ

Ketika Allah menciptakan bumi maka bumi berguncang, lalu Allah menciptakan gunung-gunung dan menempatkannya di atas bumi, maka bumi menjadi tenang.

فَتَعَجَّبَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ خَلْقِ الْجِبَالِ

Para malaikat merasa kagum dengan penciptaan gunung-gunung itu

فَقَالَتْ : يَا رَبِّ، هَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْجِبَالِ ؟

lalu berkata, “Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhlukMu yang lebih kuat daripada gunung-gunung ini?”

قَالَ : نَعَمِ، الْحَدِيدُ

Allah menjawab, Ya, ada, yaitu besi

قَالَتْ : يَا رَبِّ، هَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْحَدِيدِ ؟

Para malaikat bertanya “Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada besi?

قَالَ : نَعَمِ، النَّارُ

Allah menjawab, Ya, api.

قَالَتْ : يَا رَبِّ، هَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ النَّارِ ؟

Para malaikat bertanya, “Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat dari api?

قَالَ : نَعَمِ، الْمَاءُ

Allah menjawab, “Ya, air”

قَالَتْ : يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْمَاءِ ؟

Para malaikat bertanya, “Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada air?”

قَالَ : نَعَمِ، الرِّيحُ

Allah menjawab, “Ya, angin.”

قَالَتْ : يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الرِّيحِ ؟

Para malaikat bertanya, “Apakah ada sesuatu yang lebih kuat daripada angin di antara makhluk-Mu, wahai Tuhan kami?”

قَالَ : نَعَمِ، ابْنُ آدَمَ يَتَصَدَّقُ بِيَمِينِهِ يُخْفِيهَا مِنْ شِمَالِهِ

Allah menjawab “Ya. yaitu anak Adam yang shadaqoh dengan tangan kanannya, lalu dia menyembunyikan dari tangan kirinya.”
(HR. Ahmad).

Subhanallohi laa quwwata illa billah… Betapa dahsyat nya kekuatan shodaqoh…

Wahai saudaraku…
Selagi ada yang kita shodaqoh kan…
Selagi ada waktu untuk kita bershodaqoh…
Marilah kita perbanyak shodaqoh agar hati diberikan ketenangan, Alloh senantiasa menolong kita, memberikan kemudahan untuk kita, menjauhkan kita dari penyakit dan malapetaka serta memudahkan rezeki kita…

Semoga hati dan tangan kita diringankan untuk memperbanyak shodaqoh…
Aamiin Yaa Robbal Aalamiiin … 🤲

Mugo-mugo Alloh Paring manfaat dan barokah…

Seharusnya Kita Lebih Banyak Menangis

Seharusnya Kita Lebih Banyak Menangis

Seharusnya Kita Lebih Banyak Menangis

(Terlalu Banyak Tertawa Dapat Mengeraskan Hati)

Kehidupan di Dunia ini tidaklah disikapi dengan bercanda terus dan tertawa terus. Apalagi kehidupan di Dunia ini hanya sementara dan merupakan tempat menanam bekal untuk kehidupan akhirat yang selamanya. Apakah bisa kita menanam bekal dengan terus-menerus bercanda dan tertawa? Bahkan jika kita memikirkan nasib kita yang belum pasti apakah masuk neraka atau surga, kita akan banyak menangis dan sedikit tertawa.

Nabi Muhammad ﷺ  bersabda,

عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ غَطَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ.*

“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis terisak-isak.” (HR. Muslim, no. 2359)

Kebahagiaan yang sejati itu bukan berupa tertawa dan sering bercanda, tetapi bahagia itu adalah rasa tenang dan ketentraman dalam hati. Inilah tujuan kehidupan seorang muslim di dunia dan Alloh turunkan ketenangan pada hati seorang muslim.

Firman Alloh ﷻ,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ.*

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. AL-Fath: 4)

Telah diwasiatkan juga dalam hadits bahwa orang yang memperbanyak tertawa atau bercanda berlebihan dapat mematikan hati.

Rosululloh ﷺ  bersabda,⁣⁣
⁣⁣

… لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.*

“…Dan janganlah kalian terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)

Mari kita perbanyak ingat kepada Alloh dengan banyak berdzikir, jangan banyak tertawa yang tidak ada hikmahnya agar hati kita lembut tidak keras seperti batu hingga sulit untuk menerima nasekhat kebenaran dari Alloh dan Rosul-Nya.
Semoga kita semua senantiasa mendapatkan petunjuk dan Hidayah-Nya serta mendapatkan Rahmat-Nya hidup penuh barokah di dunia dan di akhirat…
Aamiin Yaa Robbal Aalamiiin… 🤲

Mugo mugo Alloh Paring manfaat dan barokah…

الحمد لله جزاكم الله خيرا…